Sepertinya sudah bukan rahasia lagi bahwa di dunia profesional, generasi milenial dikenal suka pindah-pindah kerja alias menjadi “kutu loncat”.
Dalam infografik yang dipublikasikan oleh The Muse, hanya 13% generasi milenial yang percaya bahwa karyawan harus bertahan setidaknya 5 tahun di satu perusahaan.
Jumlah ini tentunya sangat sedikit jika dibandingkan dengan 41% generasi baby boomers yang menyatakan hal sama.
Di sisi lain, 26% milenial justru percaya bahwa karyawan harus bertahan selama 1 tahun atau kurang sebelum mencari posisi baru.
Siapa saja yang bisa menyandang status sebagai kutu loncat atau job-hopper?
Menurut infografis yang sama, ada 51% HR yang menilai bahwa job-hopper adalah mereka yang berpindah pekerjaan setahun sekali dan 34% menyatakan dua tahun sekali.
1. Keuntungan Sering Pindah-pindah Kerja
Terlepas dari stigma negatif yang melekat pada mereka menjadi kutu loncat, nyatanya berpindah-pindah pekerjaan bisa memberikanmu keuntungan ketika dilakukan dengan alasan yang tepat dan terencana. Beberapa di antaranya yaitu:
1. Menambah Pengalaman dengan Cepat
Sering berpindah pekerjaan pasti akan membuatmu terekspos dengan lingkungan dan tugas berbeda.
Melalui ini semua, kamu bisa mendapatkan pengalaman yang beragam dan berpeluang untuk merebut perhatian HR karena memiliki skill yang dibutuhkan.
Pastikan kamu mencatat semua project yang telah berhasil dilakukan untuk menambah nilai jual dan menjadi bukti atas skill yang kamu miliki.
2. Meningkatkan Nilai Jual.
Lingkungan dan pekerjaan di tempat berbeda bisa lebih bermanfaat dan membuka peluangmu untuk berkembang, daripada hanya bertahan di satu perusahaan saja.
Banyak skill dari banyak posisi yang telah kamu jalani bisa menambah nilai jualmu jika kamu benar-benar bisa membuktikannya.
Memperluas Network
Dengan trik yang tepat, menjadi job-hopper memungkinkanmu untuk membangun koneksi yang luas, lho!.
Jangan hanya berpikir bahwa menjaga relasi itu tidak penting. Nyatanya, 4 dari 10 orang pencari kerja menemukan pekerjaan terbaik
3. mereka melalui relasi.
Jangan lupa juga untuk menjalin hubungan baik dengan rekan kerjamu, ya!
Kenaikan Gaji
Ketika menjalani posisi baru, kamu juga bisa bernegosiasi untuk mendapatkan gaji dan kompensasi yang lebih.
Terlebih lagi jika kamu benar-benar kompeten dengan variasi skill yang kamu miliki.
Jadi, nilai jualmu bisa bertambah seiring kamu berpindah pekerjaan.
4. Membantu Menemukan Jati Diri
Belum yakin pekerjaan apa yang benar-benar kamu sukai atau yang ingin kamu dalami?
Beberapa pengalaman pindah kerja bisa menjadi kesempatan untuk mengeksplor jati dirimu.
Hal ini akan berdampak lebih baik apabila kamu pindah-pindah kerja di awal karier-mu, kemudian mulai fokus mendalami satu bidang ketika sudah menemukan pekerjaan yang sesuai keinginan.
Il. Kerugian Sering Pindah-pindah Kerja
Jangan menjadi kutu loncat jika belum siap menghadapi konsekuensi di bawah ini.
Meskipun ada hal positif, tapi tentu ada juga hal negatif yang harus siap dihadapi dari seringnya berpindah kerja.
1. Dicap Tidak Loyal dan Menimbulkan Keraguan
HR pasti akan bertanya-tanya mengapa kamu selalu bekerja dalam waktu yang singkat.
Hanya dengan melihat riwayat kerjamu di CV, HR mungkin saja langsung menganggapmu sebagai kandidat yang tidak potensial karena tidak loyal.
Kekhawatiran ini bukannya tanpa alasan, lho!
Proses rekrutmen membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit, jadi perusahaan mengharapkan kandidat yang sesuai dan setidaknya akan bertahan cukup lama untuk mengurangi waktu dan biaya proses rekrutmen.
2. Merusak Hubungan Profesional
Bagai pedang bermata dua, hubunganmu dengan atasan dan kolega di tempat kerja bisa terancam apabila tidak dirawat dengan baik.
Pandai-pandai menjalin relasi, kamu bisa dengan mudah memperluas networking.
Sebaliknya, apabila kamu tidak bekerja untuk membuktikan skill dan menjaga hubungan dengan kolega lama, bisa-bisa kamu malah akan sulit mendapatkan surat rekomendasi dan membangun network yang baik!
3. Membatasi Perkembangan
Berpindah terlalu sering akan membuatmu tidak merasakan dampak jangka panjang dari pekerjaan yang kamu lakukan.
Dengan kata lain, kamu bisa melewatkan kesempatan untuk belajar lebih dalam dan malah hanya memiliki skill dasar di setiap pekerjaan yang kamu lakukan.
Memang sebagai karyawan, kamu sebaiknya pintar-pintar menilai keadaan untuk menentukan kapan harus resign dan kapan harus bertahan.
Tapi apa mau dikata jika memang kamu ternyata tidak berkembang atau beban kerjamu mulai berdampak pada kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar